“Munajat Cinta”
Tuhanku,
aku bermohon kepada-Mu.
Hendaklah
Kau jaga daku sehingga aku tidak lagi menentang-Mu.
Sungguh,
aku bingung dan takut karena banyaknya dosa dan maksiatku.
Bersamaan
dengan banyaknya anugerah dan kebaikan-Mu.
Lidahku
kelu karena banyaknya dosaku. Telah hilang wibawa wajahku.
Maka
dengan wajah yang mana aku harus menemui-Mu setelah dosa-dosa membuat wajahku
muram?
Dengan
lidah yang mana aku harus menyeru-Mu setelah maksiat membungkam lidahku?
Bagaimana
mungkin aku menyeru-Mu, padahal aku pendosa?
Bagaimana
mungkin aku tidak menyeru-Mu, padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana
aku bisa bergembira, padahal aku pendosa?
Bagaimana
aku berduka, padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana
aku menyeru-Mu, padahal aku, aku?
Bagaimana
aku tidak menyeru-Mu, padahal Engkau, Engkau?
Bagaimana
aku bergembira, padahal aku telah melawan-Mu?
Bagaimana
aku berduka, padahal aku sudah mengenal-Mu?
Aku
malu menyeru-Mu, karena aku selalu mengulang dosa-dosaku.
Tapi,
bagaimana mungkin seorang hamba tidak menyeru junjungannya?
Kemana
pelariannya dan perlindungannya jika Dia mengusirnya?
Tuhanku,
kepada siapa aku berlindung jika tidak Kau tegakkan daku dari
ketergelinciranku?
Siapa
yang akan mengasihiku, jika Engkau tidak mengasihiku?
Siapa
yang menyambutku, jika Engkau tidak menyambutku?
Kemana
aku kan berlari, jika harapanku terhempas disisi-Mu?
Tuhanku,
aku berada diantara cemas dan harap.
Kecemasanku
pada-Mu mematikanku, dan harapanku pada-Mu menghidupkanku.
Tuhanku,
dosa-dosa adalah sifat kami, sedangkan maaf adalah sifat-Mu.
Tuhanku,
uban itu cahaya-Mu. Mana mungkin Kau bakar cahaya-Mu dengan Api-Mu?
Tuhanku,
surga itu kampung orang-orang baik, tetapi jalannya melewati neraka.
Duhai,
alangkah beruntungnya sekiranya aku mendapat surga, aku tidak masuk neraka.
Tuhanku,
bagaimana aku menyeru-Mu dan mengharapkan surga dengan perbuatanku yang buruk?
Tapi
bagaimana aku tidak menyeru-Mu dan tidak mengharapkan surga dengan perbuatan-Mu
yang baik dan indah?
Tuhanku,
akulah yang menyeru-Mu walaupun bermaksiat kepada-Mu.
Hatiku
tak pernah melupakan zikir-Mu.
Tuhanku,
akulah yang mengharapkan-Mu walaupun aku bermaksiat kepada-Mu
Tidak
putus harapku akan kasih-Mu.
Tuhanku,
tidak ada jalan bagiku untuk melindungi diri dari dosa kecuali dengan
penjagaan-Mu,
Tidak
ada cara untuk mencapai amal yang baik kecuali dengan kehendak-Mu
Bagaimana
mungkin aku dapat menjaga diri, jika tidak Kau sampaikan padaku penjagaan-Mu?
Tuhanku,
Kau tutupi bagiku dosa di dunia dan tidak Engkau sebarkan.
Maka
janganlah Engkau permalukan daku pada hari kiamat di hadapan seluruh penghuni
alam semesta.
Tuhanku,
kemurahan-Mu meluaskan harapanku. Syukur-Mu menerima amalku.
Maka
bahagiakan daku dalam pertemuan dengan-Mu di penghujung ajalku.
Tuhanku,
jika iman menjadi saksi bagiku dalam mengesakan-Mu.
Jika
lidahku berbicara untuk memuji-Mu. Dan jika Al-Qur’an menunjukkan kepadaku akan
keutamaan anugerah-Mu.
Bagaimana
mungkin hilang harapanku akan janji-Mu?
Tuhanku,
lama deritaku. Rapuh tulangku, ringkih tubuhku sedang dosaku tetap bertumpuk di
atas punggungku.
Kepada-Mu,
duhai Junjunganku, aku adukan kefakiran dan kemiskinanku, kelemahan dan
ketidakberdayaanku.
Tuhanku,
sudah tidur semua yang punya mata dan beristirahat di tempat tinggalnya.
Sedangkan
kini gemetar hatiku dan kedua belah mataku menanti kasih Tuhanku.
Maka
kuseru Dikau, duhai Tuhanku.
Perkenankan
doaku. Penuhi hajatku. Cepatkan ijabahku.
Tuhanku,
aku menunggu ampunan-Mu seperti yang ditunggu para pendosa.
Aku
tidak akan pernah berputus asa dari rahmat-Mu yang dinantikan mereka yang
berbuat kebajikan.
Kepada-Mu
kami beribadat dan kepada-Mu kami meminta tolong.
Kepada-Mu
kami memohonkan penjagaan.
Tiada
daya kekuatan kecuali dengan Allah.
Ya
Kariim, Ya Kariim, Ya Kariim.
Kutipan “Spiritual Islam
(Imam Ali Zainal Abidin)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar