Laman

Kamis, 05 November 2015

“Munajat Cinta”

Tuhanku, aku bermohon kepada-Mu.
Hendaklah Kau jaga daku sehingga aku tidak lagi menentang-Mu.
Sungguh, aku bingung dan takut karena banyaknya dosa dan maksiatku.
Bersamaan dengan banyaknya anugerah dan kebaikan-Mu.

Lidahku kelu karena banyaknya dosaku. Telah hilang wibawa wajahku.
Maka dengan wajah yang mana aku harus menemui-Mu setelah dosa-dosa membuat wajahku muram?
Dengan lidah yang mana aku harus menyeru-Mu setelah maksiat membungkam lidahku?

Bagaimana mungkin aku menyeru-Mu, padahal aku pendosa?
Bagaimana mungkin aku tidak menyeru-Mu, padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana aku bisa bergembira, padahal aku pendosa?
Bagaimana aku berduka, padahal Engkau Maha Pemberi Karunia?
Bagaimana aku menyeru-Mu, padahal aku, aku?
Bagaimana aku tidak menyeru-Mu, padahal Engkau, Engkau?
Bagaimana aku bergembira, padahal aku telah melawan-Mu?
Bagaimana aku berduka, padahal aku sudah mengenal-Mu?

Aku malu menyeru-Mu, karena aku selalu mengulang dosa-dosaku.
Tapi, bagaimana mungkin seorang hamba tidak menyeru junjungannya?
Kemana pelariannya dan perlindungannya jika Dia mengusirnya?

Tuhanku, kepada siapa aku berlindung jika tidak Kau tegakkan daku dari ketergelinciranku?
Siapa yang akan mengasihiku, jika Engkau tidak mengasihiku?
Siapa yang menyambutku, jika Engkau tidak menyambutku?
Kemana aku kan berlari, jika harapanku terhempas disisi-Mu?

Tuhanku, aku berada diantara cemas dan harap.
Kecemasanku pada-Mu mematikanku, dan harapanku pada-Mu menghidupkanku.
Tuhanku, dosa-dosa adalah sifat kami, sedangkan maaf adalah sifat-Mu.

Tuhanku, uban itu cahaya-Mu. Mana mungkin Kau bakar cahaya-Mu dengan Api-Mu?
Tuhanku, surga itu kampung orang-orang baik, tetapi jalannya melewati neraka.
Duhai, alangkah beruntungnya sekiranya aku mendapat surga, aku tidak masuk neraka.

Tuhanku, bagaimana aku menyeru-Mu dan mengharapkan surga dengan perbuatanku yang buruk?
Tapi bagaimana aku tidak menyeru-Mu dan tidak mengharapkan surga dengan perbuatan-Mu yang baik dan indah?

Tuhanku, akulah yang menyeru-Mu walaupun bermaksiat kepada-Mu.
Hatiku tak pernah melupakan zikir-Mu.
Tuhanku, akulah yang mengharapkan-Mu walaupun aku bermaksiat kepada-Mu
Tidak putus harapku akan kasih-Mu.

Tuhanku, tidak ada jalan bagiku untuk melindungi diri dari dosa kecuali dengan penjagaan-Mu,
Tidak ada cara untuk mencapai amal yang baik kecuali dengan kehendak-Mu
Bagaimana mungkin aku dapat menjaga diri, jika tidak Kau sampaikan padaku penjagaan-Mu?
Tuhanku, Kau tutupi bagiku dosa di dunia dan tidak Engkau sebarkan.
Maka janganlah Engkau permalukan daku pada hari kiamat di hadapan seluruh penghuni alam semesta.

Tuhanku, kemurahan-Mu meluaskan harapanku. Syukur-Mu menerima amalku.
Maka bahagiakan daku dalam pertemuan dengan-Mu di penghujung ajalku.
Tuhanku, jika iman menjadi saksi bagiku dalam mengesakan-Mu.
Jika lidahku berbicara untuk memuji-Mu. Dan jika Al-Qur’an menunjukkan kepadaku akan keutamaan anugerah-Mu.
Bagaimana mungkin hilang harapanku akan janji-Mu?

Tuhanku, lama deritaku. Rapuh tulangku, ringkih tubuhku sedang dosaku tetap bertumpuk di atas punggungku.
Kepada-Mu, duhai Junjunganku, aku adukan kefakiran dan kemiskinanku, kelemahan dan ketidakberdayaanku.
Tuhanku, sudah tidur semua yang punya mata dan beristirahat di tempat tinggalnya.
Sedangkan kini gemetar hatiku dan kedua belah mataku menanti kasih Tuhanku.
Maka kuseru Dikau, duhai Tuhanku.
Perkenankan doaku. Penuhi hajatku. Cepatkan ijabahku.
Tuhanku, aku menunggu ampunan-Mu seperti yang ditunggu para pendosa.
Aku tidak akan pernah berputus asa dari rahmat-Mu yang dinantikan mereka yang berbuat kebajikan.

Kepada-Mu kami beribadat dan kepada-Mu kami meminta tolong.
Kepada-Mu kami memohonkan penjagaan.
Tiada daya kekuatan kecuali dengan Allah.
Ya Kariim, Ya Kariim, Ya Kariim.

Kutipan “Spiritual Islam (Imam Ali Zainal Abidin)”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar